Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan Melonjak Tahun 2001

Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan Melonjak Tahun 2001

Jakarta, Kamis

Konsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) di dalam negeri melonjak signifikan pada tahun 2001 yang diperkirakan mencapai 26,2 liter per kapita per tahun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang berada di level 9-12 liter per tahun.

“Tuntutan hidup sehat dan membaiknya perekonomian di dalam negeri membuat konsumsi AMDK di dalam negeri terus meningkat sejak krisis 1998 yang hanya mencapai sembilan liter per kapita per tahun,” kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), R Soekardi, di Jakarta, Kamis (8/11).

Kendati demikian, konsumsi AMDK nasional masih rendah dibandingkan sejumlah negara lainnya di Asia Tenggara seperti Thailand yang mencapai 73 liter per kapita per tahun. Sedangkan konsumsi AMDK tertinggi di dunia adalah Uni Emirat Arab dengan total konsumsi mencapai 113 liter per kapita per tahun.

Ia optimis konsumsi air minum di Indonesia akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, tuntutan hidup sehat, dan pertumbuhan ekonomi. Ketua Aspadin lainnya, Willy Sidharta menambahkan, konsumsi AMDK nasional baru mencapai skala ekonomis jika mencapai 70 sampai 80 liter per kapita per tahun.

“Pasar Indonesia yang besar mencapai 200 juta penduduk dan diperkirakan akan mencapai 240 sampai 250 juta penduduk pada 2010 menarik investor asing untuk menyertakan modalnya ke industri AMDK lokal,” papar Willy yang juga menjadi Direktur PT Aqua Golden Missippi.

Aqua sendiri telah diakuisisi sejumlah sahamnya oleh Danone, demikian pula dengan Ades yang diakuisisi Coca-Cola. Masuknya investor asing tersebut, lanjutnya, dipicu oleh kebijakan pemerintah yang tidak lagi memasukkan AMDK dalam daftar negatif investasi. Kendati demikian, akuisisi di AMDK nasional masih sebatas pemindahan modal asing ke perusahaan lokal.

Menurut Soekardi, sejauh ini akuisisi tidak berdampak negatif pada perusahaan AMDK nasional, seperti PHK baru atau manajemen dikuasai asing. Bahkan dengan kesertaan asing membuat perusahaan AMDK nasional mampu melakukan efisiensi untuk bersaing di pasar bebas ASEAN (AFTA).

“Dengan demikian pada era pasar bebas nanti, pemain asing yang masuk ke sini tidak akan laku karena industri AMDK nasional sudah efisien, di samping sifat pasar AMDK yang lebih berorientasi pasar dalam negeri,” ungkapnya.

Konsentrasi pasar dalam negeri tersebut karena sifat AMDK yang bahan baku utamanya di dapat dari negeri sendiri sehingga tidak bisa diekspor jauh-jauh karena tidak memenuhi skala ekonomis akibat biaya angkut yang tinggi.

Produk AMDK nasional sempat diekspor ke Australia, namun karena biaya angkutnya yang tinggi, jumlah ekspornya terus berkurang dan kalah bersaing dengan produk AMDK setempat. Sedangkan pasar ekspor utama AMDK adalah Singapura yang relatif dekat dengan Indonesia. Sekitar 70 persen ekspor AMDK nasional ditujukan ke negeri jiran itu yang memang tidak memiliki sumber air minum. Pada tahun 2000, total ekspor AMDK mencapai 4,01 juta dolar AS.    (Ant/ima)

http://www.kompas.com/