Pilih Air Minum Kemasan atau Isi Ulang?

  • Terserah Anda, mau pilih air minum yang mana. Yang jelas, harga air minum isi ulang jauh lebih murah, meski standar kesehatannya tak seketat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Masing-masing tentu memiliki keunggulan dan kekurangan.

Air Kemasan

Kelebihan:

  • Kualitas air terjamin, tapi semuanya tergantung bagaimana konsumen memilih, terutama mengenai tempat membelinya.
  • Kontrol kualitasnya ketat, sehingga kemungkinan terkontaminasi bakteri yang merugikan relatif minim.
  • Mudah didapat.

Kelemahan:

  • Relatif mahal bagi kalangan masyarakat tertentu.
  • Dalam kasus tertentu terjadi kontaminasi bakteri merugikan karena proses distribusi yang tidak baik.

Air Isi Ulang

Kelebihan:

  • Relatif murah, sepertiga harga AMDK.
  • Mudah didapat.
  • Meski tidak semuanya, kualitas air sudah memenuhi standar Departemen Kesehatan. Ini tergantung kualitas mesin, sanitasi, dan bahan baku airnya.

Kelemahan:

  • Lemahnya pengawasan dan pembinaan membuat mutu air cenderung labil (tidak konsisten).
  • Terjadinya salah produksi relatif tinggi, terutama menyangkut pemilihan bahan baku, sanitasi, dan pemilihan alat. Semua itu bisa mempengaruhi kualitas air.
  • Tidak ada aturan yang jelas tentang jasa layanan depo isi ulang menyangkut kualitas produksi, sehingga tidak ada perlindungan hukum secara khusus terhadap konsumen jika terjadi kasus yang tidak diinginkan.
  • Proses pengemasannya hanya mengandalkan teknologi sederhana yang seringkali menjadi penyebab terkontaminasinya air oleh bakteri.

Sumber: berbagai sumber (konsumen, Depkes, Badan POM, dan pelaku usaha depo air minum)

Kiat Memilih Air Kemasan

  • Pilih tempat penjualannya. Jangan membeli di sembarang tempat. Kemasan hebat dan harga supermahal bukanlah jaminan.
  • Cermati labelnya, apakah tercantum alamat produsen, komposisi, proses yang dipakai untuk sterilisasi, juga petunjuk penyimpanan?
  • Cek keutuhan segelnya.
  • Cek kualitas air secara fisik, yakni dari kejernihan, bau, serta warnanya.
  • Untuk memastikannya, bisa melakukan uji kimiawi di laboratorium.@

Air Isi Ulang: Sumber Baku Tercemar

  • Ketua Tim Peneliti IPB, Dr. Suprihatin, menjelaskan bahwa sampel air minum di depo isi ulang yang diteliti di 10 kota besar Indonesia diketahui tercemar bakteri coliform.

Jenis bakteri ini tidak secara langsung menimbulkan penyakit, tapi kehadirannya menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah.

Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri ini, risiko kehadiran bakteri patogen lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan akan semakin tinggi pula.

Keberadaan bakteri tersebut menurutnya bisa disebabkan oleh beberapa hal. Mungkin karena sumber air bakunya tercemar atau pemaparan radiasi dengan sinar ultraviolet kurang memadai, sehingga bakteri tidak terbasmi selama penyinaran. Mutu peralatan yang digunakan para pengusaha juga bervariasi dan tidak semua memenuhi standar produk.

Sementara itu, hasil pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atas kualitas air minum di sejumlah depo isi ulang menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam berat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.907/2002 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, pengawasan mutu air pada depo air minum menjadi tugas dan tanggung jawab Dinas Kesehatan kabupaten atau kota.

Namun, sebagai upaya perlindungan kepada masyarakat, BPOM melakukan pengambilan contoh dan pengujian laboratorium terhadap mutu air di 95 depo di lima kota. Sebanyak 29 depo di Jakarta dan sekitarnya, 9 depo di Medan, 20 di Bandung, 14 di Semarang, dan 23 di Surabaya. Fokus pemeriksaan itu pada sumber air baku, proses sterilisasi, dan pengambilan contoh produk untuk diuji di laboratorium.

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan, Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, M.Sc, menambahkan bahwa sebagian besar air baku berasal dari sumber mata air yang diangkut dengan tangki (78 depo), air PAM (10), dan air tanah (7). Proses sterilisasi untuk mengolahnya menggunakan sinar ultraviolet/UV (53 depo), ozon (2), UV dan ozon (28), UV, ozon, dan osmosis balik (1), serta cara lain (11).

Hasilnya, 76 depo memenuhi syarat mutu, sedangkan 19 lainnya tidak memenuhi syarat karena mengandung mikroba. Bahkan sembilan di antaranya tercemar logam berat (kadmium) melebihi batas yang diperbolehkan.

Dianggap Masalah

  • Berdasarkan pantauan SENIOR, kebanyakan konsumen tidak begitu peduli dengan hasil penelitian tersebut.

Rudi, pengemudi angkutan kota di terminal Pasar Minggu, mengaku lebih memilih air minum isi ulang dibandingkan dengan air kemasan bermerek dengan alasan lebih murah.

“Selama ini memang tidak ada persoalan. Terus terang, saya tidak tahu hasil penelitian itu. Tapi, jika airnya memang bersih dan layak dikonsumsi tentu tidak ada masalah,” ujarnya.

Meski begitu, sebagian konsumen mengharapkan kepedulian pemerintah maupun pengusaha depo isi ulang untuk memperhatikan mutu kualitas bahan baku air serta peralatan yang digunakan. Jamilah misalnya, mengaku dalam seminggu tak kurang dari tiga galon (@ 19 liter) air isi ulang itu dihabiskan untuk keperluan keluarga dan warung makannya. “Saya hanya lihat tempatnya. Kalau memang bersih, kemungkinan airnya juga bersih. Kalaupun tanya, paling sumber airnya. Kebanyakan dari PDAM dan air tanah,” tambahnya.

Sebagian pemilik depo air isi ulang justru mempertanyakan kepedulian pemerintah dan instansi terkait untuk selalu memberikan pembinaan dan pengawasan. Beberapa pemilik depo berpendapat, selama ini pemerintah justru menanggapi keberadaan depo itu sebagai masalah. Padahal, menurut mereka, masyarakat sebagai konsumen sangat terbantu dengan keberadaan depo isi ulang.

“Kami ini ibarat orang menjual kepercayaan, sekali tidak dipercaya habislah usaha. Karena itu, saya selalu menjaga bahan baku dan perawatan peralatan. Lebih dari itu, pemerintah juga harus selalu mengawasi pengusaha depo yang tidak benar, agar kami tidak ikut dirugikan,” ujar Sumarno pemilik depo air di Pejaten, Jakarta Selatan.

Kompas.com

Mencari Air Minum yang Murah dan Aman

Kecenderungan penggunaan air isi ulang oleh masyarakat di perkotaan semakin meningkat. Buruknya kondisi lingkungan membuat mereka khawatir untuk mengonsumsi air tanah, bahkan air leding yang disediakan pemerintah. Sayangnya, tidak semua air minum isi ulang dikelola dengan baik sesuai persyaratan.

Sebuah depo pengisian air minum isi ulang di kawasan perumahan di Tangerang, misalnya, sudah hampir dua tahun ini tidak menggunakan sinar ultraviolet untuk mensterilkan air yang masuk ke galon.

Pencucian galon di dalam ruang tertutup yang disinari ultraviolet juga sudah tidak lagi dilakukan. Galon-galon milik pelanggan hanya dicuci dengan menyemprotkan air tekanan tinggi kemudian disikat dengan bulu-bulu sikat yang berputar. Terkadang air minum tersebut masih berasa tanah meskipun sudah direbus.

Air minum isi ulang (AMIU) banyak dipilih ibu rumah tangga karena harganya jauh lebih murah dari air minum dalam kemasan dengan merek tertentu. Satu galon air minum isi ulang harganya berkisar Rp 3.000, sedangkan air minum kemasan mencapai Rp 9.000 per gallon.

“Kalau air kemasan dipakai untuk minum dan memasak, bisa habis duit berapa dalam satu bulan,” kata Sundari (42), warga Tangerang. Meskipun sudah memiliki air fasilitas air leding, Sundari hanya menggunakan air itu untuk mandi, mencuci baju, atau menyirami tanaman. Menurut Sundari, air leding tidak enak dikonsumsi karena sering bau atau berasa kaporit. Terkadang malah airnya berwarna hitam dan berpasir.

Lain lagi bagi Lukman (33), warga Duri Kosambi, Jakarta Barat. Demi mendapatkan air bersih untuk masak dan minum, Lukman membeli air pikulan dengan harga Rp 3.000 per pikul (dua jeriken besar).

Air pikulan jelas-jelas tidak bisa langsung diminum dan harus direbus hingga mendidih terlebih dulu sebelum diminum. Sementara itu, AMIU menimbulkan dua pendapat yang berbeda, sebagian menganggap AMIU bisa langsung dikonsumsi sebagian lagi sebaliknya.

Memilih depo

Penggunaan AMIU yang mulai marak sejak awal tahun 2000 sempat menimbulkan pro dan kontra. Para pengusaha air minum dalam kemasan (AMDK) menuding AMIU tidak steril dan tidak bisa langsung diminum seperti produk mereka yang sudah siap pakai.

Tudingan itu tentu saja ditampik keras oleh para pengusaha AMIU. Mereka curiga tudingan itu merupakan trik dagang yang dilakukan para pengusaha AMDK untuk menyingkirkan pesaing.

Demi mendapatkan air bersih yang bisa dikonsumsi setiap hari, kita memang berhak membeli air minum sesuai dengan isi kantong. Namun, sebaiknya, kita juga harus pandai-pandai memilih depo pengisian AMIU karena masing-masing depo memiliki kualitas mesin penyuling air yang berbeda-beda.

Kualitas mesin penyuling air ini sangat menentukan kualitas air yang diproduksi. Seorang pengusaha AMIU di Tangerang mengatakan, mesin dengan kualitas bagus harganya lebih dari Rp 50 juta. Mesin ini menggunakan sistem penyulingan dan ozonisasi yang berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri. Mesin yang harganya lebih murah biasanya hanya menggunakan sistem penyulingan saja.

Peneliti dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Ilyani S Andang, mengatakan, apa pun teknologi yang digunakan, air yang diproduksi harus sesuai dengan standar air minum Indonesia.

Sesuai standar, air minum (air yang bisa dikonsumsi langsung) harus memenuhi syarat fisik, kimia, dan mikrobiologi. Syarat fisik meliputi, air tidak boleh berasa, berwarna ataupun berbau. Sedangkan syarat kimia mengharuskan air bebas dari kandungan bahan kimia berbahaya. Air juga tidak boleh mengandung bakteri patogen (penyebab penyakit).

Banyak penelitian menyebutkan, AMIU memang sudah bebas dari syarat fisik dan kimia. Namun, sebagian AMIU masih belum bebas dari bakteri coliform. Salah satu jenis coliform, yaitu bakteri Escherichia coli (E Coli) bisa menyebabkan diare berat.

Pengawasan kualitas AMIU yang dijual bebas di jalan menjadi tanggung jawab dinas kesehatan masing-masing daerah atau wilayah kota. Hasil pemeriksaan sampel AMIU tahun 2005 dan tahun 2006 yang dilakukan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Pusat menunjukkan, antara 40 persen-60 persen dari sampel air yang diambil masih mengandung bakteri E Coli.

Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Sudin Kesmas Jakarta Pusat Dini Wardiani menyarankan, agar aman, AMIU harus tetap direbus hingga mendidih dalam suhu 100 derajat Celsius. Pemanasan dilakukan selama minimal sepuluh menit agar bakterinya mati. (Lusiana Indriasari dan Dahono Fitrianto)

http://www.kcm.co.id/

Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan Melonjak Tahun 2001

Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan Melonjak Tahun 2001

Jakarta, Kamis

Konsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) di dalam negeri melonjak signifikan pada tahun 2001 yang diperkirakan mencapai 26,2 liter per kapita per tahun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang berada di level 9-12 liter per tahun.

“Tuntutan hidup sehat dan membaiknya perekonomian di dalam negeri membuat konsumsi AMDK di dalam negeri terus meningkat sejak krisis 1998 yang hanya mencapai sembilan liter per kapita per tahun,” kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), R Soekardi, di Jakarta, Kamis (8/11).

Kendati demikian, konsumsi AMDK nasional masih rendah dibandingkan sejumlah negara lainnya di Asia Tenggara seperti Thailand yang mencapai 73 liter per kapita per tahun. Sedangkan konsumsi AMDK tertinggi di dunia adalah Uni Emirat Arab dengan total konsumsi mencapai 113 liter per kapita per tahun.

Ia optimis konsumsi air minum di Indonesia akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, tuntutan hidup sehat, dan pertumbuhan ekonomi. Ketua Aspadin lainnya, Willy Sidharta menambahkan, konsumsi AMDK nasional baru mencapai skala ekonomis jika mencapai 70 sampai 80 liter per kapita per tahun.

“Pasar Indonesia yang besar mencapai 200 juta penduduk dan diperkirakan akan mencapai 240 sampai 250 juta penduduk pada 2010 menarik investor asing untuk menyertakan modalnya ke industri AMDK lokal,” papar Willy yang juga menjadi Direktur PT Aqua Golden Missippi.

Aqua sendiri telah diakuisisi sejumlah sahamnya oleh Danone, demikian pula dengan Ades yang diakuisisi Coca-Cola. Masuknya investor asing tersebut, lanjutnya, dipicu oleh kebijakan pemerintah yang tidak lagi memasukkan AMDK dalam daftar negatif investasi. Kendati demikian, akuisisi di AMDK nasional masih sebatas pemindahan modal asing ke perusahaan lokal.

Menurut Soekardi, sejauh ini akuisisi tidak berdampak negatif pada perusahaan AMDK nasional, seperti PHK baru atau manajemen dikuasai asing. Bahkan dengan kesertaan asing membuat perusahaan AMDK nasional mampu melakukan efisiensi untuk bersaing di pasar bebas ASEAN (AFTA).

“Dengan demikian pada era pasar bebas nanti, pemain asing yang masuk ke sini tidak akan laku karena industri AMDK nasional sudah efisien, di samping sifat pasar AMDK yang lebih berorientasi pasar dalam negeri,” ungkapnya.

Konsentrasi pasar dalam negeri tersebut karena sifat AMDK yang bahan baku utamanya di dapat dari negeri sendiri sehingga tidak bisa diekspor jauh-jauh karena tidak memenuhi skala ekonomis akibat biaya angkut yang tinggi.

Produk AMDK nasional sempat diekspor ke Australia, namun karena biaya angkutnya yang tinggi, jumlah ekspornya terus berkurang dan kalah bersaing dengan produk AMDK setempat. Sedangkan pasar ekspor utama AMDK adalah Singapura yang relatif dekat dengan Indonesia. Sekitar 70 persen ekspor AMDK nasional ditujukan ke negeri jiran itu yang memang tidak memiliki sumber air minum. Pada tahun 2000, total ekspor AMDK mencapai 4,01 juta dolar AS.    (Ant/ima)

http://www.kompas.com/

Polisi Bongkar Pabrik Aqua Palsu

Polisi Bongkar Pabrik Aqua Palsu

Jum’at, 08 Juli 2005 | 11:39 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Aparat Kepolisian Sektor Metropolitan Jakarta Selatan menggerebek produsen galon dan air merek Aqua palsu di Jalan Petogogan II, Jakarta Selatan, Kamis (7/7) pukul 03.00. Polisi juga menyita pencetak dan mengamankan ratusan galon Aqua palsu.

Kepala Polres Jakarta Selatan Komisaris Besar Ghufron membenarkan bahwa pihaknya telah mengamankan pelaku pemalsuan galon air minum mineral dan alat-alat yang digunakan di sana. “Para pelakunya sedang diperiksa, jadi tunggu nanti kepala satuan reserse yang akan menjelaskan,” katanya.

Menurut informasi dari sumber di Polres Jakarta Selatan, mobil truk yang berisi galon Aqua palsu itu digerebek aparat saat sedang parkir pada pukul 03.00 kemarin di Jalan Petogogan II Nomor 34, Jakarta Selatan. Meski berhasil mengamankan tersangka, Harun Wijaya, sopir truk tersebut, Subagio, dapat kabur.

Dari penggerebekan tersebut polisi menyita alat pencetak, sejumlah tangki air, dan ratusan galon Aqua palsu berisi air. Dikabarkan, aksi pemalsuan tersebut sudah berlangsung setahun ini.

Sore pukul 16.00 kemarin, Harun diperiksa polisi. Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat diketahui modusnya, yaitu pemalsuan merek air mineral Aqua. Setelah menjalani pemeriksaan, pihak kepolisian mengamankan tersangka dan wartawan tidak diperbolehkan untuk mewawancarainya.

Di lokasi temuan truk terdapat pula UD Setia Kawan. Usaha ini diduga menjadi kedok pengelolaan Aqua palsu. Menurut keterangan penduduk setempat, usaha ini telah beroperasi kurang-lebih satu tahun. Kini lokasi ini telah disegel dan diberi police line.

Berdasarkan pengamatan Tempo, dari pagar rumah tersebut terlihat beberapa tangki air dan pompa air. Suasananya terlihat gelap. Namun, di bagian dalam lampu masih dihidupkan. Halaman rumah yang tidak begitu luas memudahkan seseorang untuk melihat situasi di dalam.

Bangunannya terdiri dari rumah utama bertingkat satu dan sebuah kantor tempat usaha bernama UD Setia Kawan. Di lantai atas terlihat seperti rumah biasa, ada jemuran pakaian masih menggantung. Bagian depan langsung menghadap ke jalan.

Di seberangnya tampak sebuah bengkel motor dan di sana terdapat seorang petugas kepolisian memakai seragam lengkap yang sedang mengamankan lokasi.

Seorang warga mengaku melihat Harun digelandang polisi. “Pak Harun dari sore (kemarin) sudah dibawa polisi pake panser ke polres,” ujar Syaiful, 22 tahun, pedagang di seberang kantor UD Setia Kawan.

Usaha air minum di Jalan Petogogan II ternyata tidak hanya dikelola oleh Harun, pemilik UD Setia Kawan. Di sekitar lokasi juga ada beberapa usaha minuman air merek lain, seperti merek VIT dan Jaya.

Sementara itu, Willy Sidharta, Wakil Direktur PT Tirta Investama, produsen minuman mineral Aqua, mengaku belum memperoleh informasi tentang penangkapan pelaku pemalsuan galon dan air kemasan merek Agua. “Sejauh ini kami ataupun pihak legal kami belum mendapat konfirmasi dari kepolisian, tapi saya akan suruh orang untuk proaktif menghubungi polres,” katanya.

RENGGA | RAMIDI | IMRON ROSYID

12 Jurus Mudah Hidup Ramah Lingkungan

Siapa bilang pola hidup ramah lingkungan merupakan pilihan yang sulit diwujudkan? Sungguh mudah hidup ramah lingkungan. Dengan praktik-praktik keseharian yang sederhana, beban Bumi akan buat gurangi, demikian kesimpulan yang disebukan dalam situs jejaring berita lingkungan hidup www.enn.com.

Perhatian utama yang harus diacu adalah konsumsi energi dan air, jangan lupakan juga buangan limbah alias sampah, dan beban gaya hidup manusia terhadap kelestarian Bumi pun akan berkurang drastis.

ENN menawarkan 12 jurus mudah untuk memulai hidup yang ramah lingkungan sebagai berikut:

1. Ganti lampu pijar dengan lampu FLB (fluorescent light bulbs) atau CFLs (compact fluorescent bulbs).

Memang, harga bohlam pijar lebih murah daripada lampu CFLs, tapi bila semua lampu di rumah menggunakan lampu yang hemat energi ini maka tagihan listrik bisa ditekan hingga 30 persen dari kondisi semula.

Menurut hasil penelitian Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (EPA), lampu jenis CFLs menyerap listrik 75 persen dari lampu pijar biasa dan usianya bisa 10 kali lebih panjang daripada bohlam pijar.

2. Jaga kondisi kendaraan dalam performa yang terbaik.

Memang akan lebih baik lagi kalau semua orang menggunakan moda transportasi sepeda atau transportasi umum, tapi bagi mereka yang sangat terpaksa harus menggunakan kendaraan pribadi harus memastikan kondisi kendaraannya adalah yang terbaik.

Gantilah oli secara rutin dan pertahanan ban yang performanya bagus, sehingga hemat bahan bakar. Taatilah semua peraturan berlalu lintas, ingat bahwa bahan bakar yang digunakan akan lebih hemat bila laju kendaraan tidak terlalu kencang melaju, patuhi ketentuan batas maksimal kecepatan.

3. Maksimalkan jumlah baju yang akan dicuci di mesin cuci.

Bila mesin bekerja dengan beban cucian yang tidak maksimal, tentu akan memakan energi yang lebih besar, jadi pastikanlah semua baju dicuci pada waktu bersamaan agar beban maksimal mesin tercapai dan energi yang dibutuhkan lebih kecil.

4. Bila mencuci baju, gunakan saja air biasa, tidak perlu air yang panas karena air panas untuk mencuci baju tentu membutuhkan energi yang lebih banyak daripada air biasa. Toh hasil mencuci dengan air yang panas dan air yang dingin akan sama saja bagi sebagian besar jenis pakaian.

5. Copot kabel peralatan listrik jika sudah tidak lagi digunakan.

Boleh saja komputer sudah dimatikan lewat satu klik di tombol “sign-off”, tapi selama masih ada lampu yang menyala di piranti itu, maka pertanda listrik masih menjalar di alat elektronik tersebut. Jadi … matikan, dan cabut kabelnya. Entah itu komputer, radio, televisi, atau mesin pencetak yang sudah tidak digunakan lagi, agar listrik benar-benar tidak mengalir lagi.

Menjalani gaya hidup yang ramah lingkungan memang sedikit meminta orang lebih berpikir panjang soal pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Sebagai contoh soal penggunaan botol minuman, memang air di dalam botol kemasan lebih ringkas dan gampang dibawa tapi dampak menggunakan botol macam ini ternyata tidaklah sesederhana itu.

Proses pembuatan botol kemasan air minum menggunakan plastik berbahan baku bensin, belum lagi tahap pengirimannya ke pasar yang sangat boros akan energi.

Gaya hidup “hijau” akan lebih memilih langkah lain daripada membeli air di botol kemasan.

6. Saring air hingga layak minum, lalu minum air itu dari botol yang bisa digunakan berulang-ulang jika hendak bepergian.

7. Persiapkan diri saat makan di restoran atau berbelanja di pusat perbelanjaan.

Kalau berencana makan di restoran yang menyajikan porsi super besar, maka bawalah serta tempat bekal Tupperware untuk membawa sisa makanan yang tidak habis disantap agar makanan tidak mubazir.

8. Lalu jika ingin berbelanja, jangan lupa bawa tas atau keranjang untuk menenteng barang belanjaan, kurangi penggunaan plastik agar tidak menambah sampah dan membuang energi untuk proses daur ulang plastik.

Pola konsumsi makanan juga harus dilibatkan dalam gaya hidup ramah lingkungan. Pilihlah makanan yang kemasannya minimalis, karena akan lebih baik memakan sesuatu dari bungkus yang tidak terlalu banyak menghasilkan sampah.

9. Program penggalakan konsumsi produk-produk lokal.

Mesti diingat bahwa produk makanan yang diimpor atau didatangkan dari daerah serta negara lain akan berkonsekuensi pada rute pengiriman.

Makin jauh sumber makanan itu datang, maka pesawat, kapal, truk yang dilibatkan untuk mengirimnya pun pasti sangatlah masif. Dengan mengkonsumsi produk pangan lokal, tentunya petani setempat akan terangkat pendapatannya dan jejak karbon akibat transportasi pangan impor akan banyak berkurang.

10.Tanam pohon di halaman sendiri.

Sederhana kedengarannya, tapi cara ini sangat efektif dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca, karena ia bisa menyerap gas karbon sepanjang usianya.

Selain itu pohon pun bisa berfungsi sebagai pendingin rumah yang alami pada hari yang terik, sehingga tidak perlu lagi memasang mesin pendingin ruangan di rumah-rumah atau di kantor-kantor.

11. Pola konsumsi juga harus dilibatkan untuk meminimalisir pembelian barang-barang baru. Singkat kata, kalau bisa menggunakan barang bekas maka kurangilah keinginan untuk membeli barang-barang baru.

12. Gunakan energi berbahan bakar ramah lingkungan. Bahan bakar yang sumbernya energi terbarukan, seperti angin dan sinar matahari.

Kalau bisa memilih, pilihlah energi dari sumber-sumber terbarukan, dengan cara ini konsumen pun turut memilihkan “pola hidup hijau” buat korporat-korporat besar agar mereka berpihak pada jenis usaha ini.

Setiap orang punya kesempatan dan peluang yang sama untuk berpaling ke gaya hidup “hijau”, tinggal pertanyaannya mau memulai Kapan?, atau Kapan lagi?(ANT)